(。◕‿◕。) AYO RAIH PRESTASI



Assalamu'alaikum. Di dalam blog ini terdapat sekumpulan materi sekolah maupun kuliah. Ingin usul materi lain?
Silakan tinggalkan komentar / isi guest book di sidebar sebelah kanan ya.
Bagi-bagi ilmu sambil cari rezeki. Bismillah. Kami menjual aneka gamis, baju couple, sandal karakter, garskin HP, garskin notebook / laptop, stiker pengiriman, desain brosur, dll. Minat? Just comment. :)

Warm regards

-Ririt & Riana-

Kursor

Queens Crown

Rabu, 07 November 2012

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KE MUSEUM RONGGOWARSITO

Laporan  Hasil  Kunjungan  ke Museum


1) Heuristik

Kami mengunjungi museum Ronggowarsito beberapa pekan yang lalu. Tepatnya hari Minggu sekitar jam 12.30 WIB. Museum Ronggowarsito beralamat di jalan Abdurahman Saleh No. 1 Semarang 50149. Kami mendapat bagian untuk mencari informasi mengenai  nekara . nekara adalah gendering besar yang terbuat dari perunggu, berpinggang di bagian tengahnya dan tertutup di bagian atasnya .

Di museum Ronggowarsito, Kita dapat menjumpai Nekara di Gedung B (Peninggalan dari berbagai zaman peradaban) yang terletak di lantai 2 . Kami sempat mewawancarai Ibu Laila untuk lebih memperjelas mengenai nekara di museum Ronggowarsito tersebut. Dari wawancara tersebut, dapat kami ambil beberapa informasi, yaitu antara lain adalah nekara berfungsi sebagai alat yang dipakai untuk upacara. Fungsinya yaitu sebagai alat pemanggil hujan . Penggunaannya adlah dengan cara ditabuh. Dari keterangan Ibu Laila, nekara tersebut berawal dari Negara Vietnam kemudian masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan, dari Indonesia tersebut kemudian masuk ke Sumatera à Jawa à Bali à dan sampai ke NTT.
Di Papua tidak terdapat nekara, karena tidak dilalui oleh jalur perdagangan tersebut. Di Indonesia Timur itu sendiri, Nekara bisa digunakan senagai tempat penguburan. Nekara berakhir setelah adanya zaman sejarah. Nekara yang terdapat di museum Ronggowarsito asalnya dari Gunungpati, yaitu dari masyarakat dan nenek moyangnya pernah memiliki nekara tersebut kemudian diserahkan ke museum untuk mendapat perawatan yang lebih bai karena berasal dari logam dan sebagai salah satu bukti peninggalan sejarah yang pernah ada. Namaun pada saat itu, kami tidak bisa melihat bentuk nekara yang ada di museum tersebut karena Nekara yang ada di Museum Ronggowarsito habis dipakai untuk pameran sejarah sekabupaten kota se- jawa Tengah. Jadi  10% dari barang-barang yang ada di museum ronggowarsito digunakan untuk pameran, dan nekara termasuk salah satunya .

2)      Interpretasi

·         Sosialisasi
Nekara digunakan pada saat sebelum masa sejarah. Nekara ini berasal dari Vietnam yang kemudian masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Di Indonesia, lalu masuk ke Sumatera àJawa à Bali à hingga akhirnya sampai ke NTT.
·         Kategorisasi
Fakta ini termasuk dalam kategori budaya.
·         Penafsiran
Dapat kita tafsirkan, makna nekara adalah sebagai bukti peninggalan sejarah yang kemudian semakin berkembang seiring bergantinya zaman.

3)    Historiografi

Judul        :  Nekara Peninggalan Zaman Logam

Nekara adalah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengah dan sisi atasnya tertutup, jadi dapatlah kita kira-kira seperti dandang yang ditelungkupkan. Di antara nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia hanya beberapa saja yang utuh, selainnya ditemukan dalam keadaan tidak utuh atau pecahan saja.
Nekara menjadi salah satu hasil dari kebudayaan zaman perundagian; yang menjadi unsur penting pada zaman perundagian ini adalah peralatan yang terbuat dari logam. Unsur terpenting dari artefak logam yang ditemukan di Indonesia adalah nekara perunggu. Nekara berbentuk seperti dandang terbalik. Benda ini dianggap sebagai drum sehingga disebut "kettle drum", "metal drum", "kettle gong", dan "metal trommeln".
Nekara perunggu ditemukan di Indonesia ada dua tipe, yaitu tipe Pejeng dan tipe Heger. Tipe Pejeng diambil dari tempat penemuannya nekara ini yang terbesar dan pertama. Sedangkan tipe Heger diambil dari nama F. Heger yang mengklasifikasikan nekara ini. Nekara tipe Pejeng dianggap berasal dari Indonesia, sedangkan tipe Heger berasal dari luar Indonesia.

Nekara tipe Pejeng sangat berbeda dengan nekara-nekara lain yang ditemukan di Asia Tenggara, yang dikenal dengan nama Tipe Heger. Nekara Pejeng berbentuk langsing bidang pukulnya menjorok keluar dari bagian bahunya. Bagian bahu berbentuk silinder atau lurus yang sama bentuknya pada bagian kaki. Nekara ini sangat besar dengan tingginya 190 cm dan
garis tengah bidang pukul 160 cm. Bentuk yang lebih kecil nekara tipe ini ditemukan di Kabupaten Alor yang oleh penduduk disebut moko, di Kabupaten Flores Timur disebut dengan nama wulu, dan di Pulau Pantar kuang.

Istilah Nekara

Nama nekara terdapat dalam berbagai bahasa mulai, dari kettledrum sebagai nama yang sering digunakan. Nama lokal di Indonesia, seperti bulan (sasih) untuk menyebut nekara dari Pejeng (Bali), tifa guntur (Maluku), makalamau (Sangeang), sarisatangi, bo so napi, untuk menyebut nekara tipe Heger I. Untuk menyebut nekara tipe Pejeng di Pulau Alor digunakan nama moko, di Pulau Pantar disebut kuang, dan di Kabupaten Flores Timur dinamakan wulu. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, nekara adalah gendang perunggu berbentuk seperti dandang, berpinggang pada bagian tengah dengan selaput suara berupa logam atau perunggu.
Di Jerman nekara disebut dengan nama pauke; Meyer dan Foy dan De Groot menyebutnya bronze pauke. Kemudian Heger menyebutnya metalltrommen, dalam bahasa Belanda menjadi ketletrom, dalam bahasa Denmark kedeltrommen, dalam bahasa Prancis tambour metallique, dan dalam bahasa Inggris kettledrum. Bahasa istilah tersebut pada umumnya memiliki arti yang sama, yaitu genderang.

5.    Pembagian Bagian Nekara

     Nekara secara proporsional dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian atas, tengah dan bawah. Pertama, bagian atas dibagi menjadi bidang pukul dan bahu. Istilah bidang-pukul diberikan pada bagian atas yang berarti tempat atau bagian yang dipukul. Bagian bahu adalah bagian yang terletak tepat di bawah bagian bagian pukul. Pegangan atau telinga terdapat antara bagian bahu dan tengah. Kedua, bagian tengah atau sering juga disebut bagian pinggang. Ketiga, bagian bawah atau juga sering disebut kaki adalah bagian bagian yang paling bawah berongga tidak tertutup

Hiasan Nekara
Pola topeng pada bagian bahu nekara Bulan Pejeng, yang tersimpan
di Pura Penataran Sasih, Gianyar, Bali.


Pada nekara terdapat hiasan-hiasan yang pada umumnya terbagi dalam kelompok-kelompok besar, kemudian terbagi lagi ke dalam kelompok kecil. Ada pun pola hiasan yang ada dalam nekara antara lain adalah pola-pola geometris seperti: garis sejajar horizontal; lingkaran tangent, berupa lingkaran kecil dengan garis miring untuk menyambungkan dengan lingkaran berikutnya; meander berupa garis-garis miring yang terkadang distilir sebegitu rupa sehingga sulit dikenali bentuk aslinya.

 Tipe Nekara

a.    Nekara Tipe Pejeng

Nekara Bulan Pejeng, yaitu nekara yang tersimpan di Pura Penataran Sasih, Pejeng, Kabupaten Gianyar, Bali.

    Penemuan sebuah nekara perunggu berukuran besar pada tahun 1705 oleh Rumphius di Desa Pejeng, Gianyar. Nekara ini oleh penduduk setempat disebut “Bulan Pejeng”, dan dianggap sebagai roda bulan yang jatuh ke bumi. Selama beberapa abad bahkan sampai sekarang di Bali termasuk daerah Pejeng, masyarakatnya menganut agama Hindu-Buddha--bahkan pada zaman dulu disini berdiri kerajaan Hindu-Buddha. Sebagai pusat ajaran Hindu-Buddha, tidak heran kalau daerah di Bali kita akan banyak menemukan kuil (pura). Di antara kuil ini adalah pura Panataran Sasih yang diperkirakan merupakan tempat pemujaan pada
masa perundagian. Sasih atau Bulan adalah nama yang diberikan pada nekara yang ditemukan di daerah Pejeng.
Bidang pukul nekara Bulan Pejeng yang tersimpan di Pura Penataran Sasih, Gianyar, Bali

    W.O.J. Nieuwenkamp mengatakan bahwa nekara ini berbeda dengan yang dari Asia Tenggara, yang dikenal dengan tipe Heger. Nekara Pejeng berbentuk langsing bidang pukulnya yang menjorok keluar dari bagian bahunya. Bagian bahu berbentuk silinder atau lurus yang sama bentuknya pada bagian kaki.


Nekara tipe Pejeng dengan pola hias baru yang meniru pola hias pada candi dan pola hias bulan sabit, dari Pulau Alor, NTT

     Nekara tipe Pejeng banyak ditemukan di wilayah Indonesia, seperti Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Frores Timur, dan Kabupaten Alor. Penemuan-penemuan nekara tipe Pejeng nampaknya tersebar dari wilayah Pulau Jawa sampai ke wilayah Indonesia bagian timur. Ditemukanya persebaran nekara ini menandakan bahwa nekara perunggu dikenal di Nusantara pada masa praaksara

b.    Nekara Tipe Heger

Nekara perunggu tipe Heger I dalam posisi terbalik sebagai wadah kubur yang ditemukan bersama tempayan kubur dan rangka manusia yang terbujur di dekat nekara. Hasil ekskavasi dari Palawangan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

    Nekara tipe Heger ditemukan dari penggalian tidak sengaja atau penggalian secara sistematis oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Informasi awal tentang keberadaan nekara perunggu di Indonesia diberikan oleh G.E. Rumphius dalam bukunya yang berjudul D ‘Amboinsche Rariteitkamer. Dalam buku tersebut dijelaskan tentang beberapa temuan artefak dan logam di Indonesia. Artefak logam yang ditemukan antara lain berupa nekara perunggu yang ditemukan di Kepulauan Maluku. Penemuan-penemuan nekara perunggu terus berlangsung, bahkan sesudah perang dunia ke II nekara perunggu ditemukan di berbagai tempat, yaitu Pulau Gorom, Papua, Alor, Lombok, Jawa, Sumatra dan Kalimantan.
Nekara tipe Heger I dari Pulau Sangeang, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Sebagian besar nekara yang ditemukan sebelum Perang Dunia II disimpan di Museum Nasional Jakarta, atau di angkut ke Eropa untuk di simpan di beberapa museum atau menjadi koleksi pribadi. Sedangkan nekara yang ditemukan setelah Perang Dunia II disimpan di Museum Negeri Provinsi, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala atau masih disimpan sebagai pusaka di lokasi temuan.

     Selain nekara tipe Pejeng yang tersebar di wilayah Indonesia, ternyata nekara tipe Heger juga tersebar di wilayah-wilayah Indonesia seperti, Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Lombok, Pulau Songeang, Pulau Sumbawa, Pulau Rote, Pulau Alor, Pulau Kalimantan, Pulau Selayar, Kepulauan Maluku, dan Papua.
                                                  
Fungsi Nekara

a.    Nekara Tipe Pejeng

    Di Kabupaten Alor, nekara tipe Pejeng semula digunakan sebagai alat pembayaran. Nekara diperlakukan sebagai mata uang sehingga banyak pembayaran dilakukan dengan nekara, baik untuk membayar pajak, pembelian hasil bumi, pembayaran hasil kerja, seperti pembuatan perahu, maupun untuk ditukarkan dengan lilin (lebah), madu, kain, dan burung. Nekara juga digunakan untuk pembayaran denda, pajak atau upeti kepada raja (pemimpin). Pembayaran denda dengan nekara yang dilakukan oleh tua adat.

     Nekara ternyata masih mendapat penghormatan tinggi di masyarakat. Selain masih digunakan sebagai maskawin dalam pernikahan oleh golongan masyarakat tertentu, juga ternyata masih dihargai sebagai benda keramat. Seperti pada penduduk pedalaman, mereka berjongkok di depan nekara yang diletakkan di sebuah tempat (meja atau sesuatu yang ditinggikan) dan dengan penuh rasa hormat memandang, mengusap, dan mencium pada saat berlangsung suatu upacara. Sebagai contoh, di wilayah Flores Timur nekara disimpan di para-para yang terletak di bawah atap rumah. Nekara ini hanya diturunkan pada waktu upacara tertentu dengan ke kekhidmatan yang luar biasa. Nekara dianggap sebagai tempat tinggal roh nenek moyang sehingga harus di hormati dan disimpan di tempat rahasia.

     Di Pulau Bali nekara ditempatkan di pura desa tempat nekara tersebut ditemukan, seperti nekara Bulan Pejeng disimpan di Pura Panataran Sasih di Pejeng dan disebut dengan nama Ratu Sasih atau Ratu Bulan. Di Bali kedudukan nekara disejajarkan dengan dewa dan mendapatkan sebutan Batara walau pun dalam tingkatan yang berbeda. Nekara hanya boleh dipegang, difoto, atau diturunkan pada waktu upacara odalan pura tersebut (Poesponegoro, 2008: 356).

     Kepercayaan terhadap nekara sebagai benda yang mengandung nilai magis memang sudah mulai luntur seiring dengan masuknya ajaran agama Islam dan Kristen. Namun kita bisa melihat hubungan magis ini pada masyarakat di Pulau Adonara. Oleh penduduk di Pulau Adonara, nekara dianggap memiliki kekuatan magis, maka nekara disimpan di tempat yang tinggi dan hanya boleh diturunkan dengan upacara yang khidmat pada waktu panen raya. Nekara tidak boleh disentuk oleh sembarang orang, karena jika hal itu dilakukan, pemilik atau kampungnya akan mengalami bencana.

     Anggapan yang sama muncul juga pada masyarakat Bali yang menunjukkan dengan meletakkan nekara di dalam pura dan memberi sebutan Bhatara sehingga tidak boleh disentuh tanpa adanya upacara. Nekara dianggap memunyai kekuatan yang dapat melindungi warga desa tempat nekara itu disimpan.  

Nekara Tipe Heger

     Nekara yang ditemukan di pulau-pulau kecil Indonesia bagian timur dianggap sebagai pusaka desa. Masyarakat memberikan sesaji berupa makanan dan bunga di dekat nekara. Mereka juga menempatkan nekara di suatu tempat khusus, yang bahkan mengakibatkan rusaknya nekara itu. Bagi penduduk Pulau Sangeang nekara dipercaya dapat mendatangkan hujan dengan meletakkan nekara secara terbalik, yaitu bidang pukul berada di bawah. Posisi seperti inilah yang selalu didapati pada waktu nekara ditemukan dalam penggalian, baik oleh penduduk maupun peneliti. Mereka juga percaya bahwa dengan membacakan matra-mantra di dekat nekara mereka dapat mencelakakan musuhnya dari jarak jauh.

     Di Paulau Luang nekara sangat ditakuti dan dihormati. Nekara ini juga diletak di tempat yang khusus, yaitu di bukit kecil, yang justru mengakibatkan kerusakan. Penduduk percaya bahwa nekara memunyai daya kekuatan sehingga jika dipukul akan mengakibatkan kematian atau penyakit, kecuali bila disertai sajian kurban atau babi.

     Seperti apa yang diungkapkan di atas, nekara yang ditemukan di beberapa tempat khususnya di daeah-daerah pedalaman, mereka memercayai adanya sebuah kekuatan magis. Dengan adanya kekuatan tersebut maka mereka harus melakukan ritual-ritual tertentu apabila ingin memegang, mengambil gambar dan lain-lain. Apabila semua itu tidak dilakukan mereka percaya akan mengakibatkan bencana terhadap masyarakat sekitar atau pada orang yang memilikinya. Kepercayaan yang mereka lakukan ini secara tidak langsung sudah melestarikan kebudayaan nenek moyang kita yang pada saat sekarang ini sudah mulai luntur dengan masuknya pengaruh-pengaruh dari luar seperti islam dari Arab dan Kristen dan Eropa. Akan tetapi pengaruh dari India yang membawa agama Hindu-Buddha tidak begitu signifikan pengaruhnya, hal ini bisa dilihat di Bali.
😊

6 komentar:

Pembaca yang budiman.
Silakan tinggalkan komentar.
We'll be glad to respond your comment(s). ^_^

Copyright© All Rights Reserved ayoraihprestasi.blogspot.com